Oleh: Men Jung
Beberapa orang yang saya kenal memiliki prinsip yang sangat mulia yaitu dengan memberi lebih banyak, Anda akan menerima lebih banyak juga. Tapi tidak sedikit juga yang memiliki bertanya-tanya, mengapa saya harus memberi terlebih dahulu kalau saya tidak tahu apa yang akan saya terima nantinya? Memberi menjadi sesuatu yang didasari dengan pertimbangan mengenai apa yang akan didapatkan. Ini bukanlah yang seharusnya terjadi dalam hidup Anda.
Ada orang tertentu yang merasa bahwa kepintaran yang dia miliki adalah harta yang harus disimpan rapat-rapat dan tidak boleh dibagikan dengan orang lain. Tentu saja ini adalah cara berpikir yang kerdil. Berbagi dengan orang lain agar semua orang dapat menjadi pintar merupakan langkah yang revolusioner bagi hidup Anda sendiri dan orang lain. Winston Churchill menyatakan hal tersebut dengan sangat indah lewat ungkapan, "We make a living by what we get. We make a life by what we give." Ya, kita menjamin nafkah kita dengan apa yang kita peroleh, tetapi kita bisa menghayati hidup yang penuh dengan apa yang kita berikan kepada orang lain.
Di dalam pekerjaan, berilah yang terbaik yang Anda miliki. Kerahkan semua kemampuan Anda. Milikilah totalitas dalam apa yang Anda kerjakan. Jangan bekerja karena motivasi untuk mendapatkan uang atau pujian semata. Bekerjalah karena Anda mau memberikan yang terbaik dan hanya yang terbaiklah yang menjadi standar Anda dalam bekerja. Bila dalam pekerjaan Anda memahami sesuatu lebih baik daripada orang lain, berbagilah dengan mereka. Bantulah agar orang lain juga dapat memahami seperti Anda. Jangan pelit berbagi. Menjadi yang terbaik bukan masalah persaingan yang menjatuhkan. Paradigma Win-Lose, Menang-Kalah, harus kita buang jauh-jauh. Bersinergi dengan yang lain dengan mengusung konsep Win-Win, Menang-Menang, itulah yang harus dikedepankan.
Dalam hubungan Anda dengan keluarga dan orang lain, selalu bawa konsep memberi sebagai sebuah warna tersendiri dalam hidup Anda. When you give, never expect to get something in return. Just do it with sincerity. Ketika Anda memberi, jangan mengharapkan sesuatu sebagai imbalan. Berikan saja dengan ketulusan dan keikhlasan.
Berikut sepenggal cerita dari seorang rekan mengenai seorang suami yang ketahuan berselingkuh oleh istrinya. Ketika ditanyakan kepada sang istri mengapa dia tidak menceraikan saja suaminya, dengan penuh kebijaksanaan sang istri menjawab, "Tugas saya di dunia adalah mencintai suami saya." Berat sekali tentunya bila kita berada di posisi sang istri yang harus menerima kenyataan tersebut.
Dari sekian banyak pilihan untuk mengambil keputusan, sang istri memilih untuk tetap bertahan dalam tugas panggilannya yaitu mencintai sang suami. Sang istri pada kasus ini tidak mengambil pilihan untuk menuntut, tidak juga berpikir apa yang akan dia dapatkan, melainkan tetap memberikan cintanya pada sang suami. Ini adalah sesuatu yang mungkin sangat jarang terjadi dewasa ini, di tengah hedonisme dan individualisme di mana semakin banyak orang yang menuntut untuk diperhatikan, untuk dituruti keinginannya, bahkan sampai-sampai tidak memperdulikan orang lain.
Jika kita masih memiliki hati yang mau memberi di tengah-tengah keterbatasan yang kita miliki, sungguh luar biasa. Sebuah ungkapan lain yang juga sangat luar biasa adalah "Do not focus on your capability but focus on your availability." Berfokuslah bukan pada kemampuan Anda, melainkan pada kesiapsediaan Anda. Bicara soal memberi bantuan kepada orang lain, tidak perlu Anda harus berada, yang penting Anda bersedia. Besar kecil bukanlah ukuran dalam memberi. Bersedia atau tidak, itulah ukurannya.
* Tulisan ini dikutip dari buku "Go to The Next Level!" terbitan Gramedia Pustaka Utama.
0 Komentar